PUSAT INFORMASI

Berita, informasi, dan siaran pers terkini dari INA

Transformasi Digital Indonesia: Sebuah Investasi Strategis
March 29, 2025

Transformasi Digital Indonesia: Sebuah Investasi Strategis

Baca selengkapnya

Berita Seputar INA

Dana Kelolaan SWF INA Tumbuh Signifikan sejak Dibentuk pada 2020

Dana Kelolaan SWF INA Tumbuh Signifikan sejak Dibentuk pada 2020

Dalam kunjungan media ke redaksi Bisnis Indonesia pada Selasa (13/8), CEO Indonesia Investment Authority (INA) Ridha Wirahadikusuma menyampaikan bahwa perusahaan telah memperluas aset kelolaannya (AUM) secara signifikan, mencapai IDR 160 triliun pada 2024, menunjukkan pertumbuhan substansial sejak didirikan pada 2020. INA memperoleh suntikan modal awal sebesar IDR 75 triliun, terdiri dari IDR 30 triliun dalam bentuk dana tunai dan IDR 45 triliun dalam bentuk saham. Melalui kinerja optimal, INA berhasil meningkatkan dana kelolaan tanpa memerlukan tambahan suntikan modal. Ridha juga menyampaikan bahwa INA telah mendapatkan peringkat kredit yang baik dari Fitch Ratings, dengan nilai BBB untuk international credit dan AAA(idn) untuk national credit. INA terus menarik investor global dengan mempromosikan proyek jangka panjang yang sejalan dengan prinsip ESG, menjadikannya pemain kunci dalam mendorong pembangunan ekonomi berkelanjutan di Indonesia.
INA Bukukan Laba Bersih IDR 4,3 Triliun, Melonjak 64 Persen

INA Bukukan Laba Bersih IDR 4,3 Triliun, Melonjak 64 Persen

Indonesia Investment Authority (INA) melaporkan laba bersih sebesar IDR 4,3 triliun untuk tahun 2023, meningkat 64% dibandingkan tahun sebelumnya. Ridha Wirakusumah, CEO INA mengatakan "Pencapaian kinerja finansial ini tidak terlepas dari kinerja portofolio Investasi INA dan optimalisasi pengelolaan aset INA yang dilakukan secara prudent dan disiplin atas pengelolaan biaya secara keseluruhan,” saat berkunjung ke IDN HQ, Rabu (7/8).Pertumbuhan ini didorong oleh pendapatan bunga dari investasi dan aset treasury, dividen, serta keuntungan belum terealisasi. Investasi kumulatif INA sejak didirikan mencapai IDR 50,1 triliun, dengan bagian INA mencapai IDR 31,3 triliun. Total Asset Under Management (AUM) INA tumbuh sebesar 34,3% YoY menjadi IDR 147,6 triliun, dengan sektor-sektor investasi utama termasuk kesehatan, energi hijau, jalan tol, logistik, dan infrastruktur digital. Meskipun menghadapi ketidakpastian ekonomi global, kinerja kuat INA menyoroti perannya dalam memperkuat ketahanan ekonomi Indonesia melalui investasi strategis dan manajemen keuangan yang efektif.
Berhasil Tekan Utang, Hutama Karya Jamin Tak Pengaruhi PSN

Berhasil Tekan Utang, Hutama Karya Jamin Tak Pengaruhi PSN

PT Hutama Karya (HK) telah membangun sekitar 1.030 km jalan tol di Indonesia dalam dekade terakhir, didukung oleh Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar IDR131,14 triliun sejak 2015. Meskipun menerima PMN yang besar, beban keuangan HK meningkat, dengan utang melonjak 958,46% sejak 2014, mencapai IDR 53,11 triliun pada 2023. Sepanjang 2023, PT Hutama Karya (HK) berhasil menurunkan utangnya menjadi IDR 53,11 triliun, turun 24,70% dari tahun sebelumnya, berkat kerja sama investasi dengan Indonesia Investment Authority (INA) dan dukungan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk proyek Strategis Nasional. Pada semester I-2024, HK mencatat laba bersih IDR 396 miliar, meningkat signifikan dari IDR 34 miliar pada periode yang sama tahun lalu, dengan total aset naik 2.732% sejak 2014. Perusahaan terus tumbuh positif berkat pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera dan selektif dalam memilih proyek berkualitas.
INA Melihat Peluang yang Berkembang di Infrastruktur Pasar Berkembang

INA Melihat Peluang yang Berkembang di Infrastruktur Pasar Berkembang

Meskipun alokasi ke pasar berkembang dapat membawa risiko tambahan, pemilik aset seperti GIC dan INA menambah investasi mereka yang sudah substansial dalam pendanaan infrastruktur. Dana kekayaan kedaulatan global telah menjadi kekuatan signifikan dalam pendanaan proyek infrastruktur utama di seluruh wilayah Asia. GIC memperkirakan bahwa kebutuhan investasi infrastruktur global diperkirakan mencapai sekitar USD 70 triliun antara sekarang hingga tahun 2040. Investasi terbaru mereka di sektor ini mendukung perluasan jaringan jalan tol di Indonesia. Investasi sebesar USD 1 miliar, yang dilakukan bersama dengan Metro Pacific Tollways Corporation, adalah untuk 35% saham di Jasamarga Transjawa Tol (JTT), anak perusahaan dari operator jalan tol milik negara Indonesia, PT Jasa Marga. JTT adalah jaringan 13 jalan tol di provinsi Jawa Barat, Tengah, dan Timur.
Kelola Dana Investor, Yayasan Kehati dan Indonesia Investment Authority (INA) Mencari Perusahaan Berdampak

Kelola Dana Investor, Yayasan Kehati dan Indonesia Investment Authority (INA) Mencari Perusahaan Berdampak

Semakin banyak investor yang menjadikan dampak lingkungan dan sosial perusahaan sebagai syarat utama dalam menerima dana, mendorong lembaga pengelola investasi seperti Indonesia Investment Authority (INA) dan Yayasan Kehati untuk fokus pada aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Yayasan Kehati, melalui pembentukan indeks SRI-Kehati bersama Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2009, bertujuan meningkatkan kesadaran dan penerapan ESG di kalangan emiten untuk menarik aliran dana investasi yang berkelanjutan. “Jadi yang kita lihat, bukan hanya sektor atau size, tetapi juga impact ” kata Chief Risk Officer Indonesia Investment Authority (INA). Sebagai sovereign wealth fund, INA bekerja sama dengan investor besar untuk menanamkan modal di berbagai sektor, termasuk energi hijau dan transformasi, infrastruktur jalan tol dan pelabuhan, serta infrastruktur digital dan kesehatan. Dua hal yang harus di pertimbangkan dalam investasi adalah; dampak yang terukur dan return dalam pengembalian dana.
Indonesia Investment Authority (INA) Tingkatkan Fokus pada Investasi Hijau

Indonesia Investment Authority (INA) Tingkatkan Fokus pada Investasi Hijau

Indonesia Investment Authority (INA), sovereign wealth fund milik Indonesia, sedang mencari investor luar negeri untuk memperdalam fokusnya pada investasi hijau. Chief Risk Officer INA Thomas Sugiarto Oentoro mengatakan bahwa INA sedang meninjau beberapa peluang dalam investasi hijau. INA sebelumnya telah berinvestasi di perusahaan panas bumi Indonesia PT Pertamina Geothermal Tbk. INA, bersama dengan perusahaan energi terbarukan Abu Dhabi Masdar, mengakuisisi 20% saham di Pertamina Geothermal pada bulan Februari tahun lalu seharga USD 480 juta. Selain energi panas bumi, INA juga sedang meninjau tenaga surya dan solusi berbasis alam seperti restorasi mangrove. INA akan langsung berinvestasi dalam proyek-proyek berkelanjutan atau hijau bersama dengan investor asing dari wilayah seperti AS, Eropa, dan Timur Tengah.